SMA Negeri 6 Yogyakarta

Sabtu, 14 Mei 2011

Rafting

(oleh: Novita)

Rafting atau yang biasa dikenal sebagai arung jeram memang merupakan sebuah olahraga yang menantang. Arung jeram dilakukan di sungai yang arusnya deras. Dengan menggunakan perahu karet dan dayung serta alat pengaman untuk melindungi tubuh dari benturan batu-batu besar di sungai. Saat kita melakukan rafting, kita akan diombang-ambingkan oleh arus. Tak jarang kita akan terjatuh saat melewati bebatuan atau saat terhempas arus.

Kemampuan berperahu pada sungai berarus deras telah dipraktekkan sejak lama di Indonesia, salah satunya adalah seperti yang dilakukan oleh suku-suku yang mendiami pedalaman Kalimantan sejak ratusan tahun. Dikarenakan keterbatasan infrastrukstur, pada sejumlah tempat di Kalimantan sungai dimanfaatkan sebagai salah satu media transportasi.

Sekitar awal tahun 90-an, di Indonesia kegiatan arung jeram sudah mulai menjamur, dengan syarat yang sederhana, kita dapat menikmati sensasi terombang-ambing di jeram. Seseorang hanya perlu membayar sejumlah uang serta mengumpulkan semangat petualangnya.

Di Yogyakarta tempat untuk berarum jeram yaitu di Sungai Progo yang berada di wilayah Kabupaten Kulonprogo, atau di Sungai Elo di Kabupaten Magelang yang jeramnya sedikit lebih ringan dan cocok untuk para pemula.

Salah satu keasyikan mengikuti rafting, kita bisa menemukan berbagai halangan seru dan sangat menantang seperti melewati jeram deras dan melewati sungai yang penuh bebatuan besar dan tajam. Tak hanya itu kita juga dapat melatih kekompakan dan kerja sama dalam tim serta dapat menghilangkan rasa penat dari berbagai rutinitas.

Tidak ada salahnya kita mencoba mengikuti rafting, pasti sangat seru ya, dan pastinya menambah pengalaman.

Sate Lilit Bali

Teman-teman tentu mengenal makanan yang satu ini. Sate! Makanan yang terbuat dari daging dan disayat atau dipotong lalu dibakar ini memang menjadi makanan yang banyak digemari masyarakat Indonesia. Namun ternyata tidak semua sate berbahan dasar daging. Makanan khas dari Kabupaten Karangasem, Bali ini menggunakan ikan laut, seperti ikan tuna, ikan kakap, atau ikan tengiri sebagai pengganti daging. Bahkan ada juga yang ditambahkan dengan udang. Jika sate yang sering kita makan memakai sambel kacang sebagai bumbunya, sate lilit bali menggunakan parutan kelapa atau santan.

Bumbu-bumbu yang diperlukan untuk membuat sate ini antara lain seperti bawang putih yang sudah digoreng, kencur, cabai merah, garam, gula merah, terasi, lengkuas, air perasan jeruk limau, dan ketumbar. Semua bumbu tersebut dihaluskan kemudian campurkan ikan dan setengah parutan kelapa lalu dibentuk bulat lonjong. Setelah itu tusuk dengan tusuk sate lalu dibakar hingga matang.

Sate lilit juga biasa dinikmati bersama ketupat, semangkuk sup ikan, dan plecing kangkung. Plecing kangkung adalah rebusan kangkung yang diberi ulekan cabai tomat mentah dan taburan kacang goreng. Rasanya pedas dengan aroma yang khas ketika dibakar. Kekhasan sate lilit terletak pada bumbu-bumbunya. Cara memasak yang paling baik adalah setelah ikan diolesi dengan bumbu-bumbu yang telah dihaluskan, ikan didiamkan terlebih dahulu sampai bumbu benar-benar menyatu dengan ikan.

Pedagang sate lilit di Bali dapat dijumpai di pinggiran jalan Denpasar yang dijual dengan cara menyungging. Akan tetapi ada juga yang sudah berlokasi secara permanen dengan membuka restoran. Hmm.. Penasaran? Silahkan dicoba.

Pocong Bernyanyi

(Noor Azizah Afis L. X6)
Ada seorang penjaga kuburan yang sedang memeriksa kuburan pada waktu makam hari. Lalu ia terkaget karena melihat pocong yang baru saja bangkit dari kuburnya. Orang itu segera kabur karena takut. Tetapi anehnya setiap 10 kali lompat pocong itu selalu jatuh, dan seperti itu terus. Orang itu bingung dan ingin tahu apa yang terjadi pada pocong itu. Ia mendekati pocong itu dan ia mendengar kalau pocong itu bernyanyi "Jatuh bangun aku mengejarmu.."

Amerika vs Cina

(Noor Azizah Afis L X.6)

Suatu hari seorang warga keturunan Cina bertemu dengan sutradara Hollywood terkenal, Steven Spielberg. Pria tersebut begitu mengidolakan sang sutradara besar tersebut, dan memintanya untuk menandatangani bukunya. Namun begitu kecewanya pemuda tersebut karena Spielberg justru menamparnya sambil marah-marah.

"Kamu orang Cina yang telah membombardir Pearl Harbor. Pergi sana!!" ungkap Spielberg sambil marah-marah.

"Yang membombardir itu bukan Cina, melainkan Jepang," balas pria Cina sambil meluruskan permasalahan.

Namun Spielberg tetap ngotot. "Chinese, Japanese, Taiwanese, you are all the same!!"

Melihat hal itu, pria Cina tersebut balik memukul Spielberg sambil mengatakan, "Anda tahu, anda telah membunuh leluhur saya yang dulu ikut menaiki kapal TITANIC!!"

Spielberg berusaha menerangkan bahwa kapal itu tenggelam karena gunung es dan bukan karena dirinya. "Yang menenggelamkan kapal TITANIC bukan saya, tetapi gunung es (Iceberg)!!"

Mendengar penjelasan itu sang pemuda balik ngotot. "Iceberg, Spielberg, Carlsberg, you are all the same!!”

Film Dari Buku

(oleh: Aqmarina Firda)
 
Membuat film dari buku bukanlah hal yang baru lagi. Beberapa contohnya seperti film Harry Potter yang sudah sangat terkenal, dan Laskar Pelangi. Proses adaptasi dari buku ke film atau televisi bukanlah suatu proses yang mudah. Namun dari dulu hingga sekarang, banyak sekali film yang diciptakan merupakan hasil adaptasi dari naskah drama, certa pendek, atau novel. Naskah untuk film memang harus diciptakan secara khusus karena film memiliki karakter yang berbeda dari karya sastra.

Dalam proses adaptasi dari karya sastra ke film, ada beberapa perubahan yang terjadi. Pertama, hilangnya kebebasan berimajinasi para pembaca karya sastra dalam menikmati karya tulis tersebut. Pada saat membaca sebuah novel atau cerpen, kita sebagai pembaca secara aktif membayangkan apa yang terjadi pada tokoh dalam kisah yang dibacanya. Imajinasi kita akan membuat kisah yang dibacanya tersebut seolah-olah benar-benar merupakan sesuatu yang hidup. Hal ini akan lain ketika kita sudah menonton filmnya. Karena kita sudah dihadapkan pada gambar, maka sudah tidak ada ruang bagi imajinasi kita untuk berkhayal mengenai cerita di novel tersebut.

Selain itu, karya tulis memiliki kemampuan untuk menceritakan pikiran tokoh-tokohnya. Dalam film, konflik batin yang dialami tokohnya tersebut sering dihilangkan karena kesulitan penulis skenario maupun sutradara menuangkan ungkapan hati para tokoh tersebut ke bahasa film dengan tidak bertele-tele.

Namun bagi sebagian orang sebuah film yang diadaptasi dari karya sastra seperti novel atau cerpen justru lebih menarik. Alasannya dengan memvisualisasikan adegan dalam cerita di buku itu, ceritanya menjadi lebih seru atau bahkan lebih menarik daripada bukunya. Jadi, apakah kalian termasuk orang yang lebih senang jika membaca cerita lewat buku atau lebih senang menonton filmnya saja? 

SEIKAT BUNGA

(Oleh: Rafiidha Selyna L. X4 )

Tidak, pasti bukan itu yang dimaksudkan. Aku yakin! Aku nggak akan semudah itu percaya. Ya. Ya Tuhan, bantu aku..

***

Alunan lagu Harmoni Cinta milik Gita Gutawa bergema memenuhi kamar itu. Kamar dengan cat warna pelangi itu. Kamar yang memiliki kasur dengan bedcover bergambar pelangi. Ya benar, itu kamar Elfira. Cewek yang suka hampir semua warna, kecuali hitam.

Elfira terlihat sibuk menyisir rambutnya yang masih setengah basah itu. Dia hari ini akan memulai hari pertamanya sebagai siswa kelas XI IPA 3 di SMA Harapan. Dia terlihat sangat senang.

“Pagi El sayaaang,” sapa bunda Elfira, ketika Elfira menuruni tangga untuk menuju ke ruang makan.

“Pagi, Bunda. Bunda, El nggak sarapan, ya. Takut telat, nih. Dadaaah, Bunda,” Elfira mengecup pipi bundanya dan mencomot roti kecil dan memakannya selagi berjalan ke arah pintu.

“Ah.. Apa ini?” Elfira kaget ketika ia hampir menendang sesuatu. Lalu ia mendapati seikat bunga mawar berwarna pink. yang sudah tergeletak di depan pintu rumah. Sudah beberapa hari ini dia mendapatkan bunga mawar yang berbagai warna itu. Biarin aja deh, paling-paling cuma orang iseng... batin Elfira, lalu ia meletakkan bunga itu di samping pintu agar tidak terinjak orang lain.

***

“APA?! ADA YANG NGASIH KAMU BUNGA?!!!” respon Diadra, sahabat El ketika El menceritakan tentang ‘insiden seikat bunga yang terus-terusan’ itu. Sedangkan Hendra, sahabat cowok El hanya menanggapinya dengan wajah datar.

“Ssssttt... Slow dong, Dra. Iseng kali... Tapi aneh aja, ya kan?”

“Aneh gimana, El? Jelas-jelas itu ada yang nge-fans sama kamu. Mana setiap pagi? Ah pengen deh kaya kamu El...” rengek Diadra.

“Coba aja deh kamu cari di toko buku, El... Arti-arti bunga gitu. Mungkin aja secret admirer mu itu peramal,” akhirnya Hendra bersuara juga.

“Wah... Bisa juga tuh, El! Ntar aku temenin ke Jayamas deket sekolah ya! Penasaran deh sama bunga-bunga itu,” Diadra menanggapinya dengan serius. Dengan gayanya yang sok detektif.

Lalu, Elfira hanya bisa menganggukkan kepala tanda pasrah saja. Kedua temannya ini memang nggak bisa dilawan lagi.

Sewaktu pulang sekolah, Adra dan El jalan bareng ke Jayamas untuk membeli buku. Ketika di jalan, El melihat kakak kelas pujaannya.

“Tuh, El... Ecieee...” Adra mulai menggoda El yang dibalas dengan cubitan kecil dari El. Mereka tidak menyadari, tidak jauh dari situ ada seseorang yang sedang memperhatikan mereka. Terutama El. Cowok itu hanya tersenyum miris. Menyimpan sesuatu yang sudah disimpannya sejak lama...

“Apa nih, El? Artinya Mawar Pink itu in love? Emang kamu lagi in love? Sama kak Dika? Hahaha...” Adra dan El lagi sibuk membaca Macam-macam Bunga Mawar dan Maknanya.

“Apa deh kamu, Dra ada ada aja... Tapi bener juga ya. Coba deh kamu liat Mawar Jingga artinya apa?”

“Mawar Jingga? Hmm... Barangmu ada yang ilang nih. Bener gak?”

“Iya, Dra! Serius deh! Waktu itu kan mp3 ku ilang! Kamu inget nggak?”

“Astaga! Iya aku inget, El... Wah ini, El! Moga-moga kamu nggak dapet yang ini, Mawar Hitam, artinya ada yang meninggal.”

“Sumpah, Dra? Iya deh semoga nggak pernah, amin...” jawab El.

***

Keesokan harinya, ketika El baru pulang ke rumah karena semalam menginap di rumah Diadra, El kaget mendapati kamarnya yang berubah 180ْ. Dari awalnya yang berwarna pelangi itu, berubah menjadi hitam dan putih.

“AYAH! Siapa yang ganti warna kamarku?!” teriak El setengah menangis menuruni tangga dan mendekat ke ayah dan bundanya yang ada di ruang keluarga.

“Ayah yang ganti,” jawab Ayah El tanpa mengalihkan pandangan dari buku yang dipegangnya.

“Ayah emang nggak pernah ngertiin aku!!” El kembali ke kamarnya, mengunci diri dari dunia yang mulai dibencinya ini. Sementara itu..

“Aku nggak bisa liat dia nangis kayak gitu! Aku harus ngelakuin sesuatu!”

“Emang kamu bisa apa sih? Jangan cuma di bibir!!”

“Aku tau, apa yang harus aku lakuin,” senyumnya penuh arti.



El melangkah ke luar rumah, mendapati seikat bunga mawar hitam. Tidak, pasti bukan itu yang dimaksudkan. Aku yakin! Aku nggak akan semudah itu percaya. Ya. Ya Tuhan, bantu aku...El gugup. Lalu ia mengambil bunga itu, membuangnya dan berusaha melupakannya.

“Ah kamu kenapa sih, El? Diem terus-terusan... Gak asyik deh,” tanya Diadra tanpa mengetahui kejadian sebenarnya.

“Nggak papa kok... Tapi...” belum selesai El menjawab pertanyaannya, ada seorang guru yang menyuruhnya ke ruang guru.

“Ayo, Dra, temenin aku. Ya?”

Akhirnya, El dan Adra beranjak ke ruang guru.

“Elfira, kami baru mendapati berita bahwa Ayahmu meninggal dalam sebuah kecelakaan...” wakil kepala sekolahnya masih terus berbicara, tetapi El sudah tidak bisa berkata-kata. Ia memeluk Adra dan menangis.

Di belakang punggung El, Adra sedang memainkan handphonenya. Dia sedang mengirim sms kepada Hendra.



To : Hendra <081122334455>

Dasar kamu, Hen, stupid way, psikopat.

Lelaki Tanpa Wanita

(Oleh: Ananda Sevma x6)

Semburat rasa di jiwa kembali hadir bersama sejuknya angin di malam ini. Tak lagi, aku juga sedang merasa sendiri. Tanpa rasa, tanpa cinta. Begitu pula tanpa wanita. Entahlah, hanya Tuhan yang mengetahui. Suara angin itu kembali hadir masuk ke telingaku. Tanpa berisik seperti suaraku biasanya.Sepi ini takkan membuatku tertawa bersamamu.

Jangan mengumpat tentang kesepian malam ini. Sekalipun jangan. Karena itu justru akan membuatku semakin merana. Tentang kehidupanku yang entah kapan berakhirnya. Menemukan jati diriku yang asli dan berbeda dari lainnya. Mencari pasangan hidup yang sejatinya tidak sulit diidamkan. Menangisi hidup boleh dikategorikan sebagai kegemaranku yang terburuk. Biarkan aku berdua denganmu, menikmati waktu yang tak panjang, merasakan hangatnya asamara sehari-hari, dan memberikan banyak senyuman dalam rayuan manja.

Mungkinkah? Mungkinkah aku yang tak setampan orang tampan ini memadu kasih denganmu? Bukan mimpi jika dipungkiri dengan kata ‘mungkin’. Sekalipun polling dapat member persentase sedikit. Tentang rasa, tentang cinta. Begitu pula tentang wanita. Aku ‘kan selalu menyayangimu, walau kau bersikeras menolakku. Jika alunan ‘Reason-Instrument’ diputar, gejolak di jantungku akan berlomba bersama dentuman paru-paru untuk menjadi juara dalam kompetisi hidup-mati, atau bisa diartikan kompetisi tangis-menangis. Harus ku akui, menangis ialah pekerjaanku. Setiap minggu, dalam kurun waktu lebih dari tiga hari sudah pasti aku akan menangis. Menangisi sesuatu yang jika kalian mengetahui, kalian akan ikut menangis bersamaku. Jujur, kisah cinta yang bodoh untuk tidak seharusnya kaian dengar. Kebohongan dunia yang menjerumuskanku terhadap wanita begitu tinggi untuk mendekat, mendekat, dan sukar menjauh.

Kali ini, di malam yang semoga penuh rahmat, semoga wanita itu juga mendengarkan isi hatiku. Hatiku akan bercerita. Dengarkanlah kawan,

“Sev, jangan kautangisi kelanjutan hidupmu jika tanpa dia, dia yang selama ini kaucinta. Sev, tetaplah tersenyum, hiasi duniamu dengan kemampuan yang kaumiliki. Jangan takut sendiri. Cerita cinta memang berawal senang. Bahkan, kau akan mabuk sejadi-jadinya. Demikian pula cerita cinta tidak akan berakhir sedih. Kata cinta sulit dimaknai setiap umat. Nikmatilah hidupmu dengan tersenyum. Jangan mendendam. Jangan berpikir bahwa lebih baik dicinta daripada mencinta. Berpikirlah bahwa engkau selalu menyayanginya. Setiap waktu tanpa keluhan. Itu yang ingin kuceritakan kali ini, Sev. Tersenyumlah selalu, Sev. Jangan lakukan hal-hal yang buruk…”

Begitulah aku mendengarnya. Dan aku mulai mengeluarkan air mata tanpa sesak nafas. Dengan membayangkannya ada di dekatku. Berdoa agar aku tidak sendiri. Biarkan aku berdua denganmu. Merasakan hangatnya asmara di dekapmu. Mengalir sunyi dalam tetesan murni berasal dari mataku. Mengatakan perlahan di telingamu sebelah kanan, “Rose, aku ‘kan selalu mencintaimu dari dahulu hingga kapanpun.” Dan ku ganti menuju telingamu sebelah kiri, “Rose, kamu pasti tidak nyaman dengan pengejaranku… Namun, aku mohon terimalah aku dengan manisnya tawamu setiap pagi.”

Waktu sangatlah sulit ditentukan. Namun, jika mengarah ke langit hitam, aku pasti semakin yakin bahwa kau atau mungkin aku sendiri yang terbunuh lebih cepat. Tidak dalam mimpi yang indah, kau akan merasakan pertemuan denganku malam nanti. Aku hanya tetap berharap. Karena aku hanyalah bunga putri malu yang tak punya rasa ingin tahu tentang diriku sendiri dan selalu malu bila sudah terluka, tak ingin bangkit sebelum waktunya.

Kemenangan suatu saat akan kuraih bersama tawamu yang manja setiap ku lirik. Dengan sejuta definisi cinta setiap orang, aku aklan memaknainya khusus untukmu.

“Rose, ku cintaimu sepenuh hati, ku sayangimu setulus jiwa, ku peduli kamu sedalam nafas.”

Semoga kau mendengarku walau volume masih banyak tak terdengar. Aku masih merasa sepi dan sepi ini takkan membuatku tertawa bersamamu. Tanpa rasa, tanpa cinta. Begitu pula tanpa wanita.