(Oleh: Rafiidha Selyna L. X4 )
Tidak, pasti bukan itu yang dimaksudkan. Aku yakin! Aku nggak akan semudah itu percaya. Ya. Ya Tuhan, bantu aku..
***
Alunan lagu Harmoni Cinta milik Gita Gutawa bergema memenuhi kamar itu. Kamar dengan cat warna pelangi itu. Kamar yang memiliki kasur dengan bedcover bergambar pelangi. Ya benar, itu kamar Elfira. Cewek yang suka hampir semua warna, kecuali hitam.
Elfira terlihat sibuk menyisir rambutnya yang masih setengah basah itu. Dia hari ini akan memulai hari pertamanya sebagai siswa kelas XI IPA 3 di SMA Harapan. Dia terlihat sangat senang.
“Pagi El sayaaang,” sapa bunda Elfira, ketika Elfira menuruni tangga untuk menuju ke ruang makan.
“Pagi, Bunda. Bunda, El nggak sarapan, ya. Takut telat, nih. Dadaaah, Bunda,” Elfira mengecup pipi bundanya dan mencomot roti kecil dan memakannya selagi berjalan ke arah pintu.
“Ah.. Apa ini?” Elfira kaget ketika ia hampir menendang sesuatu. Lalu ia mendapati seikat bunga mawar berwarna pink. yang sudah tergeletak di depan pintu rumah. Sudah beberapa hari ini dia mendapatkan bunga mawar yang berbagai warna itu. Biarin aja deh, paling-paling cuma orang iseng... batin Elfira, lalu ia meletakkan bunga itu di samping pintu agar tidak terinjak orang lain.
***
“APA?! ADA YANG NGASIH KAMU BUNGA?!!!” respon Diadra, sahabat El ketika El menceritakan tentang ‘insiden seikat bunga yang terus-terusan’ itu. Sedangkan Hendra, sahabat cowok El hanya menanggapinya dengan wajah datar.
“Ssssttt... Slow dong, Dra. Iseng kali... Tapi aneh aja, ya kan?”
“Aneh gimana, El? Jelas-jelas itu ada yang nge-fans sama kamu. Mana setiap pagi? Ah pengen deh kaya kamu El...” rengek Diadra.
“Coba aja deh kamu cari di toko buku, El... Arti-arti bunga gitu. Mungkin aja secret admirer mu itu peramal,” akhirnya Hendra bersuara juga.
“Wah... Bisa juga tuh, El! Ntar aku temenin ke Jayamas deket sekolah ya! Penasaran deh sama bunga-bunga itu,” Diadra menanggapinya dengan serius. Dengan gayanya yang sok detektif.
Lalu, Elfira hanya bisa menganggukkan kepala tanda pasrah saja. Kedua temannya ini memang nggak bisa dilawan lagi.
Sewaktu pulang sekolah, Adra dan El jalan bareng ke Jayamas untuk membeli buku. Ketika di jalan, El melihat kakak kelas pujaannya.
“Tuh, El... Ecieee...” Adra mulai menggoda El yang dibalas dengan cubitan kecil dari El. Mereka tidak menyadari, tidak jauh dari situ ada seseorang yang sedang memperhatikan mereka. Terutama El. Cowok itu hanya tersenyum miris. Menyimpan sesuatu yang sudah disimpannya sejak lama...
“Apa nih, El? Artinya Mawar Pink itu in love? Emang kamu lagi in love? Sama kak Dika? Hahaha...” Adra dan El lagi sibuk membaca Macam-macam Bunga Mawar dan Maknanya.
“Apa deh kamu, Dra ada ada aja... Tapi bener juga ya. Coba deh kamu liat Mawar Jingga artinya apa?”
“Mawar Jingga? Hmm... Barangmu ada yang ilang nih. Bener gak?”
“Iya, Dra! Serius deh! Waktu itu kan mp3 ku ilang! Kamu inget nggak?”
“Astaga! Iya aku inget, El... Wah ini, El! Moga-moga kamu nggak dapet yang ini, Mawar Hitam, artinya ada yang meninggal.”
“Sumpah, Dra? Iya deh semoga nggak pernah, amin...” jawab El.
***
Keesokan harinya, ketika El baru pulang ke rumah karena semalam menginap di rumah Diadra, El kaget mendapati kamarnya yang berubah 180ْ. Dari awalnya yang berwarna pelangi itu, berubah menjadi hitam dan putih.
“AYAH! Siapa yang ganti warna kamarku?!” teriak El setengah menangis menuruni tangga dan mendekat ke ayah dan bundanya yang ada di ruang keluarga.
“Ayah yang ganti,” jawab Ayah El tanpa mengalihkan pandangan dari buku yang dipegangnya.
“Ayah emang nggak pernah ngertiin aku!!” El kembali ke kamarnya, mengunci diri dari dunia yang mulai dibencinya ini. Sementara itu..
“Aku nggak bisa liat dia nangis kayak gitu! Aku harus ngelakuin sesuatu!”
“Emang kamu bisa apa sih? Jangan cuma di bibir!!”
“Aku tau, apa yang harus aku lakuin,” senyumnya penuh arti.
El melangkah ke luar rumah, mendapati seikat bunga mawar hitam. Tidak, pasti bukan itu yang dimaksudkan. Aku yakin! Aku nggak akan semudah itu percaya. Ya. Ya Tuhan, bantu aku...El gugup. Lalu ia mengambil bunga itu, membuangnya dan berusaha melupakannya.
“Ah kamu kenapa sih, El? Diem terus-terusan... Gak asyik deh,” tanya Diadra tanpa mengetahui kejadian sebenarnya.
“Nggak papa kok... Tapi...” belum selesai El menjawab pertanyaannya, ada seorang guru yang menyuruhnya ke ruang guru.
“Ayo, Dra, temenin aku. Ya?”
Akhirnya, El dan Adra beranjak ke ruang guru.
“Elfira, kami baru mendapati berita bahwa Ayahmu meninggal dalam sebuah kecelakaan...” wakil kepala sekolahnya masih terus berbicara, tetapi El sudah tidak bisa berkata-kata. Ia memeluk Adra dan menangis.
Di belakang punggung El, Adra sedang memainkan handphonenya. Dia sedang mengirim sms kepada Hendra.
To : Hendra <081122334455>
Dasar kamu, Hen, stupid way, psikopat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar