(Oleh: Ananda Sevma x6)
Semburat rasa di jiwa kembali hadir bersama sejuknya angin di malam ini. Tak lagi, aku juga sedang merasa sendiri. Tanpa rasa, tanpa cinta. Begitu pula tanpa wanita. Entahlah, hanya Tuhan yang mengetahui. Suara angin itu kembali hadir masuk ke telingaku. Tanpa berisik seperti suaraku biasanya.Sepi ini takkan membuatku tertawa bersamamu.
Jangan mengumpat tentang kesepian malam ini. Sekalipun jangan. Karena itu justru akan membuatku semakin merana. Tentang kehidupanku yang entah kapan berakhirnya. Menemukan jati diriku yang asli dan berbeda dari lainnya. Mencari pasangan hidup yang sejatinya tidak sulit diidamkan. Menangisi hidup boleh dikategorikan sebagai kegemaranku yang terburuk. Biarkan aku berdua denganmu, menikmati waktu yang tak panjang, merasakan hangatnya asamara sehari-hari, dan memberikan banyak senyuman dalam rayuan manja.
Mungkinkah? Mungkinkah aku yang tak setampan orang tampan ini memadu kasih denganmu? Bukan mimpi jika dipungkiri dengan kata ‘mungkin’. Sekalipun polling dapat member persentase sedikit. Tentang rasa, tentang cinta. Begitu pula tentang wanita. Aku ‘kan selalu menyayangimu, walau kau bersikeras menolakku. Jika alunan ‘Reason-Instrument’ diputar, gejolak di jantungku akan berlomba bersama dentuman paru-paru untuk menjadi juara dalam kompetisi hidup-mati, atau bisa diartikan kompetisi tangis-menangis. Harus ku akui, menangis ialah pekerjaanku. Setiap minggu, dalam kurun waktu lebih dari tiga hari sudah pasti aku akan menangis. Menangisi sesuatu yang jika kalian mengetahui, kalian akan ikut menangis bersamaku. Jujur, kisah cinta yang bodoh untuk tidak seharusnya kaian dengar. Kebohongan dunia yang menjerumuskanku terhadap wanita begitu tinggi untuk mendekat, mendekat, dan sukar menjauh.
Kali ini, di malam yang semoga penuh rahmat, semoga wanita itu juga mendengarkan isi hatiku. Hatiku akan bercerita. Dengarkanlah kawan,
“Sev, jangan kautangisi kelanjutan hidupmu jika tanpa dia, dia yang selama ini kaucinta. Sev, tetaplah tersenyum, hiasi duniamu dengan kemampuan yang kaumiliki. Jangan takut sendiri. Cerita cinta memang berawal senang. Bahkan, kau akan mabuk sejadi-jadinya. Demikian pula cerita cinta tidak akan berakhir sedih. Kata cinta sulit dimaknai setiap umat. Nikmatilah hidupmu dengan tersenyum. Jangan mendendam. Jangan berpikir bahwa lebih baik dicinta daripada mencinta. Berpikirlah bahwa engkau selalu menyayanginya. Setiap waktu tanpa keluhan. Itu yang ingin kuceritakan kali ini, Sev. Tersenyumlah selalu, Sev. Jangan lakukan hal-hal yang buruk…”
Begitulah aku mendengarnya. Dan aku mulai mengeluarkan air mata tanpa sesak nafas. Dengan membayangkannya ada di dekatku. Berdoa agar aku tidak sendiri. Biarkan aku berdua denganmu. Merasakan hangatnya asmara di dekapmu. Mengalir sunyi dalam tetesan murni berasal dari mataku. Mengatakan perlahan di telingamu sebelah kanan, “Rose, aku ‘kan selalu mencintaimu dari dahulu hingga kapanpun.” Dan ku ganti menuju telingamu sebelah kiri, “Rose, kamu pasti tidak nyaman dengan pengejaranku… Namun, aku mohon terimalah aku dengan manisnya tawamu setiap pagi.”
Waktu sangatlah sulit ditentukan. Namun, jika mengarah ke langit hitam, aku pasti semakin yakin bahwa kau atau mungkin aku sendiri yang terbunuh lebih cepat. Tidak dalam mimpi yang indah, kau akan merasakan pertemuan denganku malam nanti. Aku hanya tetap berharap. Karena aku hanyalah bunga putri malu yang tak punya rasa ingin tahu tentang diriku sendiri dan selalu malu bila sudah terluka, tak ingin bangkit sebelum waktunya.
Kemenangan suatu saat akan kuraih bersama tawamu yang manja setiap ku lirik. Dengan sejuta definisi cinta setiap orang, aku aklan memaknainya khusus untukmu.
“Rose, ku cintaimu sepenuh hati, ku sayangimu setulus jiwa, ku peduli kamu sedalam nafas.”
Semoga kau mendengarku walau volume masih banyak tak terdengar. Aku masih merasa sepi dan sepi ini takkan membuatku tertawa bersamamu. Tanpa rasa, tanpa cinta. Begitu pula tanpa wanita.
Makasih atas pemublikasiannya...
BalasHapus